Senin, 14 Desember 2015

Kini Ilalang Kecil Tak Lagi Sendiri



Oleh. Rozz Imperata

Sejak kecil Ilalang itu sendirian. Tak punya kawan, tak ada yang melihat, apalagi merawat. Tak heran, Ilalang itu selalu berulah, ingin diakui keberadaannya. Tak seperti yang diharapkannya, Ilalang semakin dikucilkan, ia pun semakin terpuruk dalam kesendirian. Satu dua orang yang datang menyapanya, sekedar memanfaatkannya, kemudian hilang entah kemana.
Ilalang itu merintih, namun orang lain tiada pernah peduli. Sejak ibunya tiada, dekapan kasih sayang tak lagi dirasakannya. Dengan tatapan nanar, Ilalang iri melihat teman-temannya yang masih bisa mengadu dan berbagi cerita kepada kedua orang tuanya. Tak ada lagi yang menjadi pendengar setia untuk mendengarkan aduan si Ilalang kecil. Semua menjauh meninggalkan ia seorang diri.
Orang-orang memanggilnya dengan sebutan ‘Benalu’. Mereka menganggap Ilalang itu hanyalah parasit yang tak berguna. Bahkan seorang guru yang harusnya mendidik, pernah melayangkan tamparan keras dengan sepatu pantofel tepat di wajah si Ilalang. Si Ilalang terdiam, ia sadar akan kesalahannya. Ilalang mencoba beranjak dari keterpurukannya, berharap semua orang akan menerimanya sebagai teman.
Delapan tahun berlalu. Dalam masa-masa itu, Ilalang bertemu dengan orang-orang yang menginspirasinya untuk bangkit. Seorang dokter yang bijak, mengajarkan Ilalang akan pentingnya berbagi. Diklat pelajar yang pernah diikutinya, membuat ia bertemu dengan motivator yang punya segudang cara menggapai kesuksesan. Hingga duduknya Ilalang bersama mualaf ‘mantan pendeta Hindu’, yang mendorongnya untuk hijrah menuju kehidupan yang lebih baik.
Kini Ilalang itu tak lagi sendiri. Orang-orang memanggilnya dengan panggilan yang ia harapkan, yakni ‘teman’. Canda tawanya bersama teman-teman membuatnya riang. Melepas derita yang pernah dialaminya pada masa lalu yang kelam.
Kini Ilalang itu tak lagi sendiri. Ia juga memiliki kekasih hati. Mereka berdua saling mencintai dan saling berbagi, kebahagiaan maupun tangis. Ilalang pun sekarang tahu, bagaimana caranya tersenyum indah, yang dulu tak pernah ia punya.
Kini Ilalang itu tak lagi bersedih. Hidupnya yang keras, telah membentuk sikapnya. Berbagai masalah yang datang menerpa, mengajarkan ia bahwa hidup adalah berjuang dan memperjuangkan. “Mungkin masalah akan menjatuhkan kita, namun kita bisa memilih untuk bangkit atau diam”, ucap Ilalang.

0 komentar:

Posting Komentar