Minggu, 03 Januari 2016

Kreasi dan Inovasi Metode Pembelajaran PAI


 

Oleh. Rozz Imperata



Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Misi Dakwah Nabi di Mekkah

Metode Kisah + Game Evaluasi Otak Kanan
 

Selayang Pandang Metode Kisah
Metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.[1]
Berkenaan dengan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), metode kisah ini tergolong sangat tepat. Karena untuk memahamkan seseorang (peserta didik) akan suatu kejadian pada masa lampau atau sejarah, butuh suatu metode yang bisa menyentuh hati pendengarnya. Menurut saya, metode ini hampir mirip dengan metode ceramah, yakni sama-sama auditorial. Akan tetapi metode kisah ini lebih menggunakan sentuhan emosional dan tidak bersifat instruktif, di mana metode ini diharapkan mampu membawa pendengarnya tergugah hatinya ketika sejarah dikisahkan atau diceritakan.

Implementasi Metode Kisah Dalam Praktik Metodologi Pembelajaran SKI
Jauh-jauh hari saya mempersiapkan metode kisah ini dengan sebaik-baiknya. Dengan harapan ketika praktik menerapkan metode ini di kelas nanti, akan terlaksana dengan maksimal tanpa kendala yang berarti. Alasan saya memilih metode ini adalah sebagaimana saya jelaskan pada selayang pandang di atas. Sebenarnya saya ingin membuat suatu permainan dalam metode ini, akan tetapi saya berpikir ulang untuk membuatnya. Selain membuat suatu permainan bukan merupakan keahlian, saya rasa untuk setingkat Sekolah Menengah Akhir (SMA), sebuah permainan dianggap tidak lagi seru, bahkan cenderung seperti anak kecil.
Apa yang saya paparkan pada paragraf sebelumnya adalah pendapat pribadi. Walaupun demikian, niat untuk mengembangkan pembelajaran ini tidaklah pupus. Akhirnya saya memilih untuk menyandingkan metode kisah ini dengan metode ataupun permainan lainnya. Saya membuat satu permainan dari Microsoft Power Point. Dengan menggunakan Hyperlink dan teks terbalik, saya kemas power point sederhana ini menjadi permainan yang yang bersifat edukatif. Permainan ini berfungsi sebagai bentuk evaluasi atas materi yang disampaikan. Selain itu, teks terbalik dalam permainan ini dapat mengembangkan kecakapan, konsentrasi, serta ketrampilan otak kanan peserta didik.
*******************
Pembelajaran saat itu berlangsung di Gazebo samping perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Di bawah rindangnya pohon dan semilir angin yang berhembus menerpa setiap wajah, saya awali pembelajaran dengan ucapan salam dan bismillah. Dilanjutkan dengan doa bersama seluruh teman-teman (yang saat itu berperan sebagai peserta didik) dan dosen saya.
Kebetulan waktu yang diberikan kepada saya untuk praktik mengajar tak lebih dari sepuluh menit, saya persingkat penjelasan saya terkait materi pelajaran yang akan  saya sampaikan. Melihat wajah teman-teman yang tak lagi semangat dan tak juga memperhatikan saya, keringat saya menjadi sedikit bercucuran. Selain pudarnya semangat yang disebabkan menjelang selesainya jam kuliah, aku sadar mungkin karena metode kisah saya yang terlalu membosankan. Setidaknya iringan musik instrumental yang saya putar untuk mengiringi cerita, juga sedikit mengurangi rasa gugup dalam berkisah.
Materi telah selesai saya kisahkan, tiba saatnya untuk berlanjut pada sesi permainan evaluasi. Dari keseluruhan siswa yang ada di Gazebo, saya bagi menjadi empat kelompok. Pada masing-masing kelompok saya sediakan empat laptop yang sudah terbuka permainan evaluasi di layarnya. Sebelum permainan dimulai, saya memberikan penjelasan singkat terkait mekanisme permainan itu. Tak lupa saya memberi tahukan kepada siswa, bahwa satu kelompok yang berhasil menyelesaikan permainan dengan cepat dan tepat akan saya berikan hadiah sebuah buku.
Instruksi, siaaap, muulaaaii.... Tanda permainan evaluasi siap dikerjakan. Dalam permainan evaluasi itu terdapat lima soal pilihan ganda terkait materi yang telah saya sampaikan dengan metode kisah. Siswa tidak akan bisa melanjutkan pada pertanyaan selanjutnya jika masih belum berhasil menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan. Penguasaan materi sangat dibutuhkan, bukan dengan menebak-nebak jawaban mana yang benar. Ketepatan dan kecepatan menjadi prioritas utama permainan ini.
Permainan kala itu berjalan dengan tingginya antusiasme para siswa. Mereka bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal-soal yang tersedia. Walaupun tak bisa dipungkiri terdapat beberapa siswa yang tidak turut andil dalam mengerjakan evaluasi, hanya sekedar ikut nimbrung. Berikut beberapa cuplikan permainan evaluasi:


Terjawabnya lima pertanyaan dalam permainan evaluasi itu akan berlanjut dengan terbukanya sesi finishing instruction, yakni instruksi untuk menyelesaikan permainan. Instruksi tersebut menggunakan teks terbalik, yang bertujuan melatih ketrampilan otak kanan siswa.

Bagi kelompok yang telah memahami instruksi dari petunjuk di atas, maka akan menunjuk salah satu temannya untuk berdiri. Berdirinya siswa perwakilan keompok bukan tanpa alasan, melainkan untuk menjelaskan hikmah dari materi pelajaran yang baru saja dipelajari. Permainan berakhir, kelompok tercepat dan tepat menjawablah yang menjadi pemenang. 
Sesuai janji saya sebelumnya, saya menghadiahkan buku kepada kelompok yang menjadi pemenang. Hal ini sekaligus menjadi tanda bawa pelajaran telah berakhir, dan tiba bagi saya untuk menutup pembelajaran. Sebelum saya tutup, saya berikan nasehat bijak dan dorongan semangat untuk selalu belajar dengan sungguh-sungguh tanpa kenal lelah, di manapun dan kapanpun. Pembelajaran saya akhiri dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan salam.


Fiqih
Amm dan Khaas
Metode Ceramah + Power Point + Game Peternak Menyeberangkan Kambing


 Selayang Pandang Metode Ceramah
Mengambil pendapat Suryono, bahwa metode ceramah adalah penuturan atau penjelasan guru secara lisan, di mana dalam pelaksanaanya guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan  kepada murid-muridnya.[2]
Dari pengertian di atas, dapat diambil dua poin utama, yakni “penurutan atau penjelasan secara lisan” dan “menggunakan alat bantu mengajar”. Dari kedua poin itu, maka dapat saya jabarkan bahwa metode ceramah ini sangat tepat digunakan ketika waktu yang sempit dengan materi yang banyak, mengingat metode ini menggunakan lisan, maka akan mudah dalam menjelaskan semua materi yang harus dijelaskan. Selain itu metode ini cukup tepat digunakan ketika jumlah siswa sangat banyak.
Walaupun memiliki kelebihan sedemikian rupa, metode ini tak lepas dari kekurangan. Salah satu kekurangan yang paling sering terjadi adalah suasana kelas yang tidak hidup, siswa hanya fokus mendengarkan, hasilnya siswa bosan, kadang tidur. Poin kedua di atas menjadi jawaban atas kekurangan metode ini. Menurut saya, media atau alat bantu ajar yang lain yang dijalankan beriringan dengan metode ini akan membuat metode ini lebih baik lagi.

Implementasi Metode Kisah Dalam Praktik Metodologi Pembelajaran Fiqih
Hari itu giliranku presentasi, atau dalam konteks ini praktik mengajar dan penerapan metode pembelajaran. Namun aku belum siap untuk tampil ke depan. Mengingat saat itu berbenturan dengan molornya agenda terbesar organisasi yang saya geluti, sehingga tak sadar bahwa siangnya aku harus berdiri di depan kelas dan menyampaikan materi. Maka sebagai akademisi dan organisatoris saya memohon maaf dengan sangat kepada dosen pengampu saya, Bu I’anatut Thoifah, karena saya tidak bertindak profesional.
Giliranku kala itu tertunda karena ketidak siapanku, sehingga diganti minggu depannya. Pada giliranku yang akan datang, saya memilih metode ceramah untuk menyampaikan materi Amm dan Khaas. Sadar akan kekurangan metode ini yang sering membuat suasana kelas menjadi tak hidup dan membosankan, saya menyandingkan metode ini dengan media Power Point. Walaupun bantuan media Power Point hanya sekedar menampilkan cuplikan teks (inti) yang saya sampaikan, saya berharap siswa ikut berpartisipasi meskipun hanya membaca. Dengan ini saya harapkan, Power Point ini akan meminimalisir kekurangan dari metode ceramah tersebut.
*******************
Berbeda dengan pembelajaran SKI, kala itu pembelajaran Fiqih berlangsung di GKB 2 lantai 5 ruang 503. Lagi-lagi berbeda, di kelas itu terasa pengap juga panas, bahkan hembusan angin buatan dari kipas angin tak cukup untuk menyejukkan kami yang berada di dalam kelas itu. Tak apa, memang seperti itu adanya kelas kami. Suasana macam itu tak akan menghambat kami untuk tetap semangat mencari ilmu.
Pembelajaran Fiqih saya mulai dengan ucapan salam dan ajakan untuk berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas. Seusai berdoa, saya sempatkan untuk menanyakan kabar siswa-siswa yang hadir, dilanjutkan dengan melakukan absensi siswa. Absensi selesai, tiba waktunya bagi saya untuk menjelaskan materi pelajaran.
Materi pertama adalah Amm. Karena menggunakan metode ceramah, dibantu dengan teks inti di Power Point, saya menjelaskan panjang lebar mengenai Amm. Materi kedua yakni Khaas, pun sama dengan materi pertama, saya menjelaskan secara lisan dan dibantu dengan teks ini yang tertulis pada Power Point yang tersorot di dinding melalui Proyektor.
Selesai menjelaskan materi, saya bertanya kepada para siswa, apakah masih ada yang belum dipahami dari materi yang saya sampaikan. Semua siswa menatap ke arah saya, tak ada satupun yang mengangkat tangan. Saya bertanya sekali lagi, “sudah paham semua anak-anak?”, “sudah Pak Guru”, jawab mereka.
Semua paham, sesuai dengan yang saya harapkan. Untuk memantapkan pemahaman para siswa, saya memberikan beberapa contoh ayat dan meminta mereka mengidentifikasi ayat tersebut. Melihat wajah para siswa yang mulai lelah dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran, saya mengajak para siswa untuk bermain suatu permainan. Di mana permainan itu bertujuan mengembalikan semangat para siswa untuk belajar, dan meningkatkan logika para siswa, mengingat permainan tersebut adalah permainan logika.
Petani menyeberangkan Domba adalah nama permainannya. Untuk menjalankan permainan itu, saya membutuhkan delapan siswa yang kemudian saya membaginya menjadi dua kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok tersebut memiliki peran masing-masing, yakni: Petani, Domba, sayur, dan Srigala.
Petani bertugas menyeberangkan Domba, sayur, dan Srigala dari tempat A ke tempat B dengan sebuah perahu dengan selamat. Perahu tersebut hanya mampu menampung dua penumpang. Tugas petani tidaklah mudah, yang mana petani harus mempertimbangkan mana yang pertama diseberangkan, kemudian yang mana selanjutnya untuk diseberangkan.
Memakan atau dimakan adalah pertimbangan yang harus dipikir dengan matang oleh petani. Misalnya, petani memilih untuk menyeberangkan Srigala pertama kali, maka petani meninggalkan Domba dan sayur, akhirnya sayur tersebut akan dimakan oleh Domba. Jadi petani harus menyeberangkan semuanya tanpa ada yang memakan dan dimakan. Logika siswa sangat dibutuhkan dalam permainan ini. Berikut beberapa cuplikan permainan logika (Petani menyeberangkan domba):


Gambar di atas adalah gambaran awal permainan. Terdapat Petani, Domba, sayur, dan Srigala yang hendak menyeberangi sungai dengan sebuah perahu kecil yang hanya memuat dua penumpang. Ketika kembali dari seberang, petani boleh membawa kembali penumpang untuk ditukar dengan penumpang atau tumpangan yang lain.

Instuksi, siap, dan mulaaaaiii... Tanda bahwa permainan ini sudah dimulai. Dimulainya permainan ini membuat para siswa mulai berpikir cepat dan tepat untuk menyelesaikan permainan logika ini. Bukan hanya siswa yang bermain saja, akan tetapi semua siswa akan tertarik untuk memecahkan misteri logika di dalam  permainan tersebut. Dengan demikian, hal ini akan melatih dan meningkatkan kemampuan logika para siswa.
Beberapa menit berlangsung, satu kelompok telah berhasil menuntaskan permainan ini dengan baik. Karena satu kelompok sudah selesai, saya menghentikan permainan ini. Terlihat wajah keceriaan pada kelompok yang berhasil menuntaskan permainan, namun raut wajah malu menghampiri kelompok yang satu lagi. Itulah permainan, memang harus ada yang menang dan tidak menang.
Tak cukup sampai di sini. Saya meminta kelompok yang menang untuk menjelaskan ulang mekanisme permainan dan trik keberhasilan mereka. Sedangkan untuk pihak yang belum berhasil, saya memberikan pertanyaan terkait materi pelajaran untuk segera dijawab di depan kelas. Setelah pertanyaan terjawab, saya meminta kepada kedua kelompok untuk kembali duduk di tempat duduknya masing-masing, seraya mengajak siswa yang lain untuk kembali tertib dan menyimak pelajaran.
Permainan usai, saya melanjutkan ajakan saya kepada para siswa untuk mengidentifikasi beberapa contoh ayat; manakah yang termasuk ayat Amm dan manakah yang termasuk ayat Khaas. Antusiasme para siswa bertambah setelah dilakukannya permainan di kelas. Dan dengan semangat mereka kompak menjawab pertanyaan identifikasi dengan benar.
Terjawabnya identifikasi ayat menjadi tanda bahwa praktik mengajar saya telah selesai. Sebelum saya tutup pembelajaran, saya mengajak para siswa untuk mempelajari materi Amm dan Khaas lebih dalam lagi di luar kelas. Tak lupa selalu memberikan dorongan semangat tak kenal lelah dalam menuntut ilmu. Akhirnya, pembelajaran saya tutup dengan doa bersama dan dilanjutkan dengan salam.

Kunci Jawaban Permainan Logika
1.      Petani menyeberangkan Domba ke tempat B;
2.      Petani kembali ke tempat A dan mengambil Srigala untuk diseberangkan ke tempat B;
3.      Petani kembali ke tempat A dengan membawa Domba dari tempat B untuk ditukar dengan sayur yang berada di tempat A;
4.      Petani menurunkan Domba ke tempat A dan menyeberangkan sayur ke tempat B. Di tempat B sekarang terdapat Srigala dan sayur;
5.      Petani kembali ke tempat A untuk mengambil Domba dan menyeberangkannya ke tempat B;
6.      Semua diseberangkan ke tempat B dengan selamat;
7.      Permainan selesai.

[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 160
[2] Suryono, dkk, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Cet. I;Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 99

0 komentar:

Posting Komentar